Canggu tidak lagi Candu

source: Pinterest

Akhir-akhir ini muncul sebuah petisi dari warga Bali yang termasuk juga warga negara asing. Khususnya mereka yang tinggal di wilayah Canggu. Petisi berjudul "End Extreme Noise in Canggu" ini dibuat oleh P Dian di situs Change.org, berisikan tentang surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Jokowi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno,  Gubernur Bali I Wayan Koster, Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan pemangku kepentingan yang lain. Petisi ini menyuarakan banyaknya warga Canggu yang merasa terganggu dengan aktivitas beach club, night club atau apapun itu namanya, mungkin juga termasuk cafe dengan live music-nya. 


Dian mengatakan, gangguan suara dari bar dan club di sekitarnya terjadi hampir setiap malam menjelang pagi yang sangat mengganggu jam istirahat. Sampai sampai yang dia rasakan suara dari loud speaker membuat bergetar kaca dan pintu rumahnya. Bahkan imbuhnya, bar dan club tersebut berdekatan dengan beberapa pura suci disana, salah satunya Pura Kahyangan Jagat.


Bukan hal yang tidak mungkin perilaku yang kurang terpuji akan terjadi di sekitar club dan pura. Misalnya perkelahian, keributan, kericuhan, mabuk-mabukan bahkan sampai hal-hal yang diluar norma seperti awikwok wleowleo. Dan mungkin juga terjadi kerusakan lingkungan dan pembuangan sampah sembarangan karena club dan bar tersebut banyak dibangun di tepi pantai sekitaran Canggu.


source: Pinterest

Sudah lebih dari 7.000 orang menandatangani petisi ini termasuk gua. Banjir komentar juga muncul dari netizen lokal dan luar negeri yang menilai Bali tidak lagi sama.


"The noise, drunken behaviour and dangerous driving are horrible. I don't know how the locals have put up with it for so long." oleh akun Jane Jenkins. 


"I love Bali and I would like it to remain a place where you can have peace and quiet." oleh akun Lex Van Santen.


"Belajarlah dari pengalaman yang dialami daerah Kuta dan Legian yang semakin sepi karena kehilangan daya tariknya. Jangan biarkan keadaan Kuta dan Legian menjadi gambaran yang dialami wilayah Canggu serta Berawa ke depannya. Hentikan kegilaan ini dan biarkan wilayah Canggu dan sekitarnya tetap seperti sedia kala. Astungkara." oleh akun Adiguna Yapola.


Pandemi, tren WFH (Work From Home) sampai adanya WFA (Work From Anywhere) bisa saja membawa efek yang membuat Canggu jadi seperti sekarang. Wilayah Canggu sendiri memanjang dari Banjar Padang Tawang hingga Pantai Batu Bolong. Terdapat banyak villa, cafe atau rumah sementara yang dijadikan orang-orang sebagai tempat wfh di Bali. Itulah alasan juga munculnya istilah WFB (Work From Bali), bukan fwb ya cuy. Bar dan beach club sudah menjamur dimana-mana, surga baru emang untuk para turis dan ekspatriat yang lebih menggoda daripada Kuta ataupun Legian. Bisa menjadi alasan kenapa daerah Canggu mulai bertumbuh jadi destinasi akomodasi, entertainment dan F&B top di Bali.


Jadi inget waktu 5 tahun lalu gua tinggal di Bali untuk beberapa bulan, kayanya Bali ga se-hedon ini. Bahkan jauh banget bedanya sejak 18 tahun lalu gua pertama kali jalan-jalan kesini. Agak kaget juga liat di sosmed kalo sekarang Canggu jalanannya macet mulu, perasaan gua dulu motoran disini ga semacet ini. Padahal enak banget buat nyari angin sore sambil ditabrak cahaya sunset. Apalagi yang jalan tembusan ikonik nya yang kanan-kirinya sawah, cakep bener viewnya.


Kayanya emang bener, Canggu tidak lagi candu.


source: Pinterest

Coba deh, apa yang pertama kalian dengar tentang Bali? Juga apa yang kalian cari di Bali?


Ketenangan, keasrian, kesunyian, adat dan spiritualisme yang kental bukan? Kebanyakan wisatawan datang ke Bali untuk explore alam bak surga, seni dan budayanya yang ga akan ada di manapun di sudut bumi manapun. Kalau ini hilang, daya tarik Bali juga akan hilang dan kesan unik juga akan hilang. 


Yah, semoga ada solusi terbaik untuk masalah Canggu. Biarlah Canggu tetap menjadi Canggu, Bali tetap menjadi Bali. Janganlah ada ego dalam diri untuk mencapai keuntungan sendiri.

2 komentar: